Tuesday, June 10, 2008

Mungkin Aku Sakit Jiwa,... Mungkin Juga Mereka

Entahlah.. sudah dua tahun ini semenjak aku menjejakkan kaki ke bumi Serambi Mekah tepatnya di kota Banda Aceh, aku merasa banyak hal yang berubah dari diriku. Aku nggak membicarakan soal statusku yang berubah dari single menjadi merit(dan punya baby^_^), atau soal dulu aku nggak pake kacamata sekarang pake, ataupun soal aku yang dulu imut sekarang makin imut (item mutlak maksudnya). Bukan soal itu semua, perubahan yang aku maksud lebih kepada sisi psikologis didalam diriku. Akhir-akhir ini aku merasa mungkin mentalku kurang sehat, yang membuat sikap, sifat dan bahasa tubuhku beberapa kurun waktu dibelakang (dan hingga saat ini) agak kurang bersahabat. Dan hal ini cenderung berlaku pada saat aku berada didalam lingkungan kerja, dimana sebagian besar waktu kuhabiskan di tempat tsb.

Aku masih ingat dulu waktu aku masih bekerja sebagai pc-support di suatu kantor cabang perusahaan otomotif di Medan, hampir tiap orang yang aku sapa di sana selalu bilang begini "duh Di, apa nggak bisa nggak sambil tersenyum, senyummu itu lho!". Lah, padahal waktu itu aku sama sekali nggak merasa sedang tersenyum, tapi kok mereka bilang wajahku tersenyum ya?? Apakah mungkin waktu itu wajahku terlihat ramah, aku juga nggak tau soal itu. Atau mungkin pada saat itu mentalku sedang sehat-sehatnya sehingga memancarkan energi positif yang tampak dariku lewat bahasa tubuh yang bersahabat dan tampang yang ramah plus senyum lagi!!.

Tapi sekarang, rasanya ada yang lain. Aku ngerasa nggak seramah waktu itu. Sekarang rasanya nggak nyaman untuk beramah-tamah dengan orang-orang di kantor. Nggak tau kenapa. Bawaannya pengen marah aja kalo udah bicara soal urusan kerja. Dan tingkah beberapa user tertentu yang seolah nggak mau ngerti bahwa aku tuh bukan pendekar IT yang sakti, yang bisa melakukan apa saja yang mereka minta. Emang sih user sebagai customer IT adalah raja, tapi kan bukan raja betulan, harus ikut aturan main dari perusahaan juga dounk. Aku kan nggak bisa memenuhi apa saja yang diminta. Karena selain aksesku yang dibatasi oleh aturan perusahaan, juga karena aku disini kerja sendiri sebagai kaki tangan yang mewakili keberadaan bagian IT yang berinduk di Medan. Belum lagi koordinasi kerja yang gak asik dari temen-temen di lokasi Induk, yang aku rasa nggak mendukung kinerjaku disini. Hari ke hari kurasakan suasana kerja makin nggak kondusif. Atau itu hanya perasaanku saja?? Apakah aku sudah sampai diambang batas titik jenuhku?? Dimana segala sesuatu yang terjadi terasa membosankan dan kadang menjengkelkan. Barangkali aku terjangkit Schizophrenia. Mungkin sekali-kali aku perlu berkunjung ke psikopat, eh psikiater maksudku. Buat nge-cek syaraf-syarafku yang aku rasa makin kayak kabel kusut di ruang server.

Hanya pada saat di luar jam kantor saja aku merasa agak lega dari himpitan pikiran-pikiran yang terasa menyesakkan otakku. Bersama keluarga, bersama Dila dan ibunya Dila. Hmm, gak sabar pengen pulang....

sumber foto: http://www.theage.com.au

2 comments:

Anonymous said...

Kenapa ga ambil cuti aja? Ibarat kompi, manusia juga butuh istirahat biar gak hang.. Hehe

zebetchet said...

@tini
cuti panjang?? nggak ngaruh ^_^