Monday, July 21, 2008

Hari Tanpa TV 2008

Jadi kayak dejavu, perasaan di blog terdahulu yang udah ku apus karna gak pernah diupdate, pernah ngebahas topik ini, tapi tahunnya aja yang beda. Eniwei, back to topic "Hari Tanpa Tv". Jadi teringet ama Dila, putriku yang baru 7 bulanan usianya, udah bisa nonton tv karena tiap hari ibunya suka nonton acara disalah satu tv swasta. Dan karena gak mungkin di tinggalin main sendiri dikamar, makanya dibawalah si Dila ikutan nonton. Meski lebih konsen ke mainan, tapi karena tv nyala, sekali-kali ada jugalah si Dila ngeliat ke tv. Apalagi kalo pas ada iklan buat anak-anak dan bayi, langsung dia-nya bengong ke arah layar tv. Kadang jadi was-was juga kalo ntar besarnya jadi doyan nonton ketimbang belajar dan bermain. Yup, bermain, sebab bermain cenderung dapat merangsang daya kreativitas pada anak. Kita sebagai orangtua tentunya tidak mau jika anak-anak kita terjebak dalam pola kebiasaan menonton tivi sementara acara-acara yang ditayangkan di televisi belum tentu semuanya baik dan bagus untuk perkembangan mental anak.

Berikut info dari kidia tentang Hari Tanpa Tv 2008.

Ajakan Koalisi Nasional HTT:
Ikuti "HARI TANPA TV 2008"
"Sebagian besar anak Indonesia menonton TV sekitar 1.600 jam setahun, padahal hanya 740 jam mereka belajar di bangku sekolah"

TV memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. TV dapat menjadi sumber informasi dan edukasi yang sangat handal. Namun TV juga dapat menjadi sumber hiburan yang tiada henti. Aktivitas menonton telah TV memangkas waktu interaksi dalam keluarga, menimbulkan dampak negatif berupa peniruan dan penanaman nilai pada anak-anak dan remaja, berkontribusi pada gaya hidup yang tidak sehat, konsumtif, dsb.

Fungsi siaran TV sebagai hiburan jauh lebih menonjol dibanding dengan fungsi yang seharusnya bisa diperankan berupa informasi dan edukasi. Keluarga yang mengalokasikan waktu yang lebih sedikit untuk menonton TV, akan mempunyai lebih banyak waktu untuk aktivitas-aktivitas yang lebih posistif, interaktif dan mempererat hubungan kekeluargaan.

Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia sekolah dasar berkisar antara 30-35 jam seminggu, ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja. Dalam setahun, jumlah jam menonton TV ini mencapai lebih dari 1.600 jam. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah dasar negeri selama setahun yang hanya sekitar 740 jam untuk kelas rendah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa ketergantungan anak pada tayangan TV sudah sangat tinggi dan mencapai titik yang mengkhawatirkan. Ada beberapa fakta yang dapat menggambarkan betapa mengkhawatirkannya ketergantungan itu:

Pertama, belum terbentuk pola kebiasaan menonton TV yang sehat. TV masih menjadi hiburan utama keluarga yang dikonsumsi setiap hari dalam waktu yang panjang tanpa seleksi yang ketat terhadap pilihan acara yang mereka tonton.

Kedua, kebanyakan isi acara TV kita tidak aman dan tidak sehat untuk anak. Banyak acara TV dengan kandungan materi untuk orang dewasa yang ditayangkan pada jam-jam anak biasa menonton dan kemudian disukai dan ditiru oleh anak-anak. Contoh yang ekstrim, peniruan adegan laga dalam tayangan TV oleh anak telah menimbulkan beberapa korban jiwa.

Ketiga, lemahnya peraturan bidang penyiaran dan penegakannya. Sejak indutri televisi berkembang pesat, permasalahan yang terkait dengan isi tayangan makin membesar. Hingga kini masalah tersebut belum dapat diatasi dengan efektif.

Oleh karena itu, Koalisi Nasional HARI TANPA TV 2008 menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk mematikan pesawat televisi selama sehari penuh pada hari MINGGU 20 JULI 2008.

Dengan mematikan TV selama sehari penuh dan mengajak anak-anak untuk memiliki kegiatan lain selain menonon TV, dapat menjadi langkah awal kita untuk mengurangi ketergantungan anak pada televisi. Dengan bersedia mematikan TV seharian, maka hal itu menjadi bukti bahwa kita sadar mengenai perlunya pengaturan dalam menonton TV bagi anak-anak kita.

Selain itu, perlu dilakukan upaya bersama seluruh komponen masyarakat untuk mendesak dan mempengaruhi industri penyiaran agar lebih memperhatikan isi tayangan dan pola penyiaran yang memperhatikan perlindungan terhadap anak. Tekanan yang paling efektif bagi industri televisi adalah apabila masyarakat secara bersama-sama tidak menonton TV sama sekali, atau secara selektif tidak menonton acara tertentu dalam waktu yang panjang.

Dukungan masyarakat akan disampaikan kepada industri penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informatika, Komisi I DPR-RI, dan berbagai pihak terkait.
Sampaikan dukungan anda melalui e-mail ke haritanpatv@kidia.org;
SMS ke nomor 0812-1002.4009;
dan fax: 021-8690.5680; website http://www.kidia.org

Jakarta, 11 Juli 2008

Guntarto,
Ketua SC Koalisi Nasional HTT 2008

1 comment:

Anonymous said...

diriku udah 4 tahun tanpa tivi
kadang hati ini tergelitik juga buat beli
ihiks